Rabu, 10 November 2010

Motivasi di Tengah Kekacauan

tantangan-100-dollar-per-hari-dari-anne-ahira1Perubahan serba cepat dan kacau sungguh kita rasakan sekarang ini, dan kita melihatnya, bahwa perubahan tersebut hampir terjadi dari segala aspek. Sebagai manajer maupun entrepreneur, kita akhirnya tidak hanya sekedar pandai menendang bola saja, yang bisa diposisikan seperti apapun sekehendak kita dengan begitu mudah. Namun juga kita harus bisa seperti menendang kucing. Sedang kucing itu dapat meloncat dan lari. Sehingga, tidak mengherankan kalau lantas ilmu manajemen yang masih aktual pun tidak mampu lagi mengatasi kekacauan tersebut.
Kekecewaan itu berarti banyak ketidakpastian. Hari ini tidak ada hubunganya dengan hari kemarin. Hari depan menjadi tidak pasti, tidak bisa di ramalkan. Kondisi semacam ini menjadikan kita hidup dalam era lonjakan kurva, tidak linear dan tidak karuan. Sehingga, pengetahuan dan juga pengalaman akhirnya tidak dapat menjamin keberhasilan bisnis kita di masa depan.
Kalau sudah begitu keadaannya, saya berani mengatakan, bahwa kita tidak perlu lagi menghafal ilmu-ilmu manajemen yang hanya sekadar teroritis. Kita justru harus lebih kreatif bertanya. Karena bertanya itu tidak akan pernah usang. Sementara, yang namanya sebuah jawaban pengetahuan itu mudah ketinggalan zaman. Begitu juga pengalaman. Keadaan yang serba cepat kacau itu akhirnya membuat pengalaman itu bukan lagi menjadi guru yang baik. Padahal, selama ini kita lebih percaya pada mitos, bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Oleh karena itu, dalam kondisi semacam ini, bagaimana kalau kita bebas saja dari ilmu pengetahun dan pengalaman. Mungkin saja, ide saya ini anda anggap aneh. Tapi itulah yang namanya entrepreneur identik dengan orang aneh.
Tom peter, mengatakan bahwa perubahan serba cepat dan kacau itu pertanda zaman edan. Sehingga di era global sekarang ini, suka atau tidak suka, kita harus berani berakrab-akraban dengan kekacauan. Apalagi kita juga sedang menuju milenium ketiga. Sebab tidak mustahil pendekatan yang tidak sistematis atau tidak akademis, justru yang nantinya bisa menyelesaikan kekacauan.
Contohnya, Lembah Silikon di Amerika Serikat. Dahulu kawasan itu berkembang pesat dan sangat membanggakan banyak orang. Hal itu karena, Lembah Silikon telah menjadi besi sembrani yang menarik begitu banyak perusahaan yang berkecimpung dalam bisnis komputer dan elektronik. Tapi sekarang terjadi adalah sebaliknya. Banyak perusahaan di sana menjadi bangkrut. Lembah ini berubah menjadi kuburan masal perusahaan besar. Kejadian tragis ini ternyata juga dialami oleh Negara kita. Dulu, banyak pengusaha dan bank yang sangat berjaya, kini pada kelimpungan dan akhirnya bangkrut.
Sementara itu, dengan semakin banyak belajar ilmu manajemen, kerap kali membuat kita justru semakin bertindak hati-hati dalam segala urusan bisnis. Kita tidak punya keberanian untuk bertindak. Dalam pikiran kita yang ada hanyalah ketakutan dan ketakutan. Kalau sudah begitu, mana mungkin kita punya semangat kerja yang tinggi dan kompetitif.
Pengalaman bisnis pun semakin sulit diterapkan, bahkan kerap kali tidak jalan lagi. Perubahan serba cepat dan kacau itu membuat kita sadar, bahwa saat sekarang ini bukan lagi kita hanya bermodalkan pengetahuan yang sarat dengan teori semata.
Tetapi, saat ini justru dibutuhkan orang yang buta teori atau jauh dari mental sekolahan. Nyatanya, orang yang jauh dari mental sekolahan itulah yang justru bisa meraih sukses. Hal itu karena, mereka tidak hanya semata-mata mengandalkan pada teori, namun mereka lebih mementingkan ketangguhan, keuletan, dan tahan banting. Sehingga, semua perubahan yang serba kacau dan cepat justru dianggapnya sebagai tantangan. Tantangan itulah yang dapat membangkitkan motivasinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar